Home » » Jabir bin Abdullah al-Anshory

Jabir bin Abdullah al-Anshory

Pada hari kiamat manusia akan dikumpulkan di padang Masyar tanpa memakai sehelai kain dan tidak membawa apa-apa.”(hadits)

Nama lengkapnya Jabir bin Abdullah bin Amru bin Haram bin Ka’ab bin Ghonim bin Ka’ab bin Salamah al-Anshory as-Salamy. Nama panggilannya Abu Abdullah, Abu Abdurrahman dan Abu Muhammad. Ibunya, Nasibah binti ‘Uqbah bin ‘Adwy bin Sinan bin Naaby bin Zaid bin Haram bin Ka’ab bin Ghonim. Ayahnya, Abdullah bin Amru al-Khazrojy al-Anshory.

Pada waktu ayahnya hendak memberikan sumpah setia (bai’ah) kepada Rasulullah di Mekkah, beliau ikut dibawa ke sana. Meski menempuh perjalanan jauh, ayahnya bersikeras agar anaknya dapat menyaksikan peristiwa bersejarah itu. Meski usinya masih muda, beliau sudah diperkenalkan dengan Rasulullah oleh ayahnya. Sejak itulah cahaya keimanan terpancar di seluruh gerak badannya. Sejak Rasulullah hijrah ke Madinah, dirinya semakin yakin dan rela meluangkan seluruh waktunya untuk menimba ilmu langsung dari Rasulullah. Maka tidak mengherankan jika kemudian beliau (Jabir) termasuk sahabat yang banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah.

Pada waktu terjadi perang Badr dan perang Uhud beliau tidak ikut karena waktu itu dirinya masih kecil. Dan Rasulullah pun tidak memberi izin. Disamping itu ayahnya meminta dirinya untuk menjaga sembilan saudara-saudaranya. Malam sebelum berangkat ke perang Uhud, ayahku memangilku. “Saya melihat bahwa saya akan menjadi orang pertama yang terbunuh dalam perang ini. saya mempunyai hutang, maka nanti bayar hutang itu. Jaga baik-baik saudaramu dan beri nasehat yang baik pada mereka” begitulah bunyi pesan ayahku. Sejak kematian ayahnya, beliau tidak pernah absen dalam semua peperangan bersama Rasulullah. Dari Hajjaj bin as-Showwaf, Abu az-Zubair bercerita bahwa suatu hari Jabir berkata, “Rasulullah ikut perang 21 kali peperangan (dipimpin sendiri) dan saya ikut perang cuma 19 kali.”

Dari Abdul Wahid bin Aiman dari ayahnya berkata, “Suatu hari saya datang ke tempat Jabir. Jabir bercerita bahwa pada waktu perang Khandaq kami semua sibuk mengali parit. Tiba-tiba kami jumpai batu besar. Kami sangat kesusahan untuk memecahkan batu itu. Kemudian kami melapor kepada Rasulullah bahwa batu besar menghalangi galian parit. Semua alat gali yang kami punyai tidak mampu memecahkan batu itu. Rasulullah pun datang ke tempat itu. Untuk mengurangi rasa lapar karena hampir selama tiga hari belum makan, Rasulullah mengikat batu di perutnya. Alat pengali tanah itu diambilnya dan kemudian dipukulkan ke batu itu. Batu keras itu dapat dipecahkan dengan mudahnya. Saya minta izin untuk pulang ke rumah, Rasulullah pun memberikan izin. Sampai di rumah saya berkata pada istriku, “Saya lihat Rasulullah menahan lapar dimana tidak seorang pun sanggup menahan lapar itu. Apa kamu punya sesuatu untuk dimakan?” “Ya, ada sedikit gandum dan kambing kecil (belum setahun)” jawab istriku. Dengan segera aku potong kambing itu dan gandum itu aku buat adonan. Selesai dimasak saya pergi ke tempat Rasulullah. “sayaa punyai sedikit makanan untuk Rasulullah dan seorang atau dua orang lainnya” kataku. “Berapa banyak?”tanya Rasulullah. Akupun menyebutkan jumlahnya. Ketika tahu bahwa makanan itu sedikit sekali dan tidak cukup untuk dimakan (kaum Anshor dan Muhajirin), Rasulullah berkata, “Wahai tentara Khandaq, Jabir telah buat makanan, silahkan datang ke rumahnya.” Setelah itu Rasulullah menoleh ke arahku sembari berkata, “Silahkan kamu pulang temui istrimu, katakan padanya jangan turunkan panci/kendil(dari perampian) dan jangan buat roti sehingga aku datang.” Bergegas aku pun pulang ke rumah. “apakah tentara Khandaq akan makan dengan satu shok gandum, apakah cukup?” batinku berkata. “Wah, celaka ni. Semua tentara Khandaq akan datang ke rumah untuk makan” kataku pada istri. Istri bertanya, “Apakah Rasul tanya berapa banyak makanan itu?” saya jawab, “Iya.” Istri berkata, “Hilangkan kesedihanmu, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Mendengar ucapan istriku, kegundahan dan kegusaranku hilang. Tak lama kemudian Rasulullah datang bersama tentara Khandak (kaum Anshor dan Muhajirin). “Silahkan masuk” Rasulullah mempersilahkan mereka masuk. “Tolong beri aku adonan roti itu setelah panaskan di pancimu”pinta Rasulullah pada istriku. Setelah jadi roti, daging itu dimasukkan dalam roti. Rasulullah mempersilahkan para sahabat untuk makan. Mereka pun makan dengan lahapnya hingga kenyang. “Demi Allah, mereka telah habiskan makanan itu tapi panci kami masih penuh seperti sediakala”kataku. Selesai makan semua, Rasulullah berkata pada istriku, “Makanlah, setelah itu sedekahkan sebagiannya.” Istriku pun ikut makan. Kemudian membagi-bagikan sisa makanan itu.

Dari Jabir diceritakan bahwa Rasulullah memintakan ampunan kepada Allah untukku 25 kali pada malam Jamal.

Beliau diantara orang-orang Islam yang ikut sumpah setia (bai’ah) Ridwan sebagaimana disebutkan dalam firman Allah dalam surat al-Fath;18-19; “Allah sungguh sangat ridho dengan orang-orang mukmin yang memberikan sumpah setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon. Dan juga tahu apa yang terdetik dihati mereka. kemudian Allah turunkan ketenangan dalam hatinya dan dijanjikan kemenangan yang tidak lama lagi. Begitu juga harta rampasan yang banyak…”

Dari Jabir bin Abdullah diceritakan, “Saya dengar suatu hadits Rasulullah dari salah seorang sahabat bahwa dia dengar langsung dari Rasulullah. (karena tidak tahu) kemudian saya beli unta untuk pergi mencari orang itu. Hampir satu bulan aku mencarinya hingga sampai di Syam (Syiria sekarang). Ternyata sahabat yang meriwayatkan itu adalah Abdullah bin Unais. Setelah itu aku datang ke rumahnya. Saya katakan kepada penjaganya, “Tolong sampaikan tuanmu, Jabir menunggu di pintu.” Tak lama dia muncul, “Kamu Ibn Abdullah (anaknya Abdullah)?” saya jawab “iya”. Dia pun keluar sambil merangkulku. Saya tanya, “Ada suatu hadits kononnya kamu dengar dari Rasulullah. Saya khawatir saya wafat atau kamu sebelum saya mendengar hadits itu.” Dia berkata, “Saya dengar Rasulullah bersabda, “Pada hari kiamat manusia akan dikumpulkan di padang Masyar tanpa memakai sehelai kain dan tidak membawa apa-apa.”

Ali bin al-Madini berkata, “Jabir wafat setelah melaksanakan umroh. Dan berwasiat agar orang-orang yang haji tidak usah mensholatinya.” Pendapat lain mengatakan beliau wafat pada tahun 73 Hijriah. Pendapat lain mengatakan beliau hidup selama 94 tahun.

Share this article :

No comments:

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Selamat Datang - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger